LEBAK, INTTI.ID – Aktivitas masyarakat Baduy yang membaka ladang-ladang pertanian, menimbulkan kerentanan gigitan ular berbisa. Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Banten menyediakan serum anti bisa ular (Abu) untuk mengantisipasi gigitan ular berbisa bagi masyarakat Suku Baduy yang tinggal di kawasan Gunung Kendeng
“Pekan depan sudah tersedia serum Abu sebanyak 250 vial untuk puskesmas di perbatasan wilayah permukiman masyarakat Baduy,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Endang Komarudin di Lebak, Minggu (17/8/2025).
Persediaan serum Abu di Kabupaten Lebak untuk mengantisipasi penanganan masyarakat Badui agar tidak mengakibatkan kematian akibat korban gigitan ular berbisa.
Penyediaan serum Abu juga disediakan di puskesmas perbatasan masyarakat Baduy antara lain Puskesmas Cisimeut, Puskesmas Leuwidamar dan Cirinten.
Saat ini, pihaknya sudah memesan permintaan serum Abu ke produsen PT Biofarma Bandung dan pekan depan sudah didistribusikan ke puskesmas yang berbatasan dengan wilayah masyarakat Baduy.
Saat ini, aktivitas kegiatan masyarakat Baduy membuka ladang-ladang pertanian. Sehingga banyak korban gigitan ular berbisa yang bisa mematikan, di antaranya ular tanah, ular hitam, ular kobra dan ular belang, terlebih curah hujan tinggi.
Populasi Ular
Populasi ular yang mematikan itu di sekitar semak belukar hutan, rerumputan ilalang, tumpukan kayu dan areal tanah lapang. Selain itu pada malam hari saat musim hujan, banyak ular berbisa berkeliaran di jalan-jalan hingga ke pemukiman warga. Untuk mencari makan alami mereka, di antaranya kodok dan tikus.
Baca juga: Serem! Di Banten Ada Pusat Kerajaan Siluman, Ini Lokasinya…
Petani kerap kali menghadapi risiko gigitan ular berbisa saat membuka ladang dan kebun mereka.
Penyediaan serum Abu di puskesmas perbatasan masyarakat Baduy antara lain Puskesmas Cisimeut, Puskesmas Leuwidamar dan Cirinten.
“Kami yakin dengan tersedianya serum Abu bisa menyelamatkan korban gigitan ular itu,” katanya.
Sekretaris Desa Kanekes Kabupaten Lebak Medi mengatakan saat ini kasus gigitan ular berbisa yang dialami masyarakat Suku Baduy dalam empat bulan terakhir sebanyak 30 kasus dan dua di antaranya meninggal dunia dan satu orang kehilangan jari.
Namun, pihaknya berharap Dinkes Provinsi Banten dan Dinkes Kabupaten Lebak menyediakan stok serum Abu.
Sahabat Relawan Indonesia (SRI) menyebutkan tujuh warga Suku Baduy Dalam dan Badui Luar di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten dilaporkan meninggal dunia akibat gigitan ular berbisa jenis ular tanah (Calloselasma rhodostoma) sepanjang Januari hingga 15 Agustus 2025.
“Semua warga Suku Baduy yang meninggal akibat gigitan ular berbisa itu. Karena keterlambatan dilarikan ke rumah sakit,” kata Koordinator SRI Muhammad Arif Kirdiat di Lebak.
Dia mengatakan warga Baduy kebanyakan bercocok tanam dengan sistem pertanian ladang di kawasan perbukitan. Dan sisa limbah potongan kayu dan rerumputan ilalang nantinya dibakar sebagai pupuk organik.
Dengan demikian, warga Baduy berpotensi menjadi korban gigitan ular berbisa yang berlindung di rerumputan maupun semak-semak belukar.
Menurut dia, berdasarkan data SRI sebagai relawan di permukiman Baduy sejak Januari sampai 10 Agustus 2025. Tercatat sebanyak 49 orang menjadi korban gigitan ular tanah dan tujuh diantaranya dilaporkan meninggal dunia.
Penyebab kematian itu karena langkanya serum Anti Bisa Ulardi. Semua puskesmas setempat sekitar Baduy juga keterlambatan informasi untuk di bawa ke rumah sakit menjadi kendala utama.(*)
Sumber: Antaranews.com