Banten, Intti.id – Suku Baduy atau Kanekes, Lebak, Provinsi Banten, terkenal dengan kesaktiannya.
Dengan mantra-mantra mustajab yang mereka bacakan, lebah di atas pohon atau binatang hutan yang ingin ditangkap, akan begitu mudah datang.
Dengan berkomat kamit lalu menyapukan tangan mereka ke arah kerumunan ribuan lebah. Dalam hitungan detik lebah pun berterbangan menjauh meninggalkan sarang, hingga orang Baduy itu bisa memetiknya dengan aman.
Kesaktian Suku Baduy
Namun apabila ada orang luar Baduy meminta mantra, mereka tidak akan memberikannya.
Karena aturan adat melarang mereka membocorkan mantra-mantra apa pun kepada orang lain di luar Suku Baduy.
Mantra itu pun tidak mudah pula dikuasai oleh orang Baduy sakalipun. Sebab belajar mantra itu menggunakan ritual tertentu, seperti dengan ayam putih dan Rain putih berikut air putih.
Sementara pemberi ijazah mantra adalah tetua adat yang berilmu sakti mandraguna.
Tetua adat ini tidak bisa ditemui orang luar, kecuali oleh pemuda Baduy sendiri yang dipersiapkan sebagai penerus ilmu-ilmu gaib Suku Baduy.
Selain ilmu menaklukkan hewan buas, lebah berbahaya dan ular berbisa, masyarakat Baduy juga sangat kuat berjalan kaki ratusan kilometer di tengah terik tanpa alas kaki.
Telapak kaki mereka menjadi tebal dan kuat. Saking kuatnya, bila menginjak paku, bukannya menancap di kaki mereka, malah pakunya yang bengkok bahkan patah.
Kepercayaan Suku Baduy
Apabila mereka ke Jakarta dengan jarak yang begitu jauh, mereka berjalan kaki. Walau ada yang mengajak gratis, mereka punya pantangan naik mobil, kereta api dan motor.
Mereka harus jalan kaki walau selama tiga hingga lima hari dari Jakarta ke Baduy.
Dan apabila ngantuk mereka tidur di kebon-kebon, di saung kosong atau di bawah pohon rindang.
Mereka dilarang untuk tidur di mesjid atau di musholah. Larangan tetua adat karena agama mereka bukan Islam. Maka itu, tidak boleh tidur di tempat umat Islam.
“Agama kami agama Nabi Adam, agama Sunda Wiwitan,” kata mereka jika ditanya. Tuhan mereka adalah Penguasa Alam Semesta, yang memberi hidup dan kehidupan bagi mereka.
Penguasa alam yang memberi kesuburan tanaman dan memberikan kesehatan bagi mereka keluarga Baduy.
Kebiasaan Suku Baduy
Mungkin karena kekuatan mantra juga, para pejalan kaki ke Jakarta meskipun tidak mandi dan tidak menggunakan mewangian, mereka tidak bau.
Keringatnya tidak berbau karena mantra-mantra warisan leluhur, yang membuat keringat mereka tidak busuk. Bahkan sebagian wangi tanpa pewangi. Tapi, jika mereka ingin mandi, mereka mandi di mana pun.
Walau mereka mandi di air kotor sekahipun, kulit mereka tidak akan gatal dan tidak akan menjadi budukan. Bahkan menimum air yang tidak kita masak pun, mereka tidak sakit perut.
Jika ada masyarakat Baduy yang sakit, mengobatinya pun dengan mantra-mantra rahasia mereka, dibantu dengan obat-obatan herbal dan tetumbuhan dan tanaman di sekitar mereka sendiri.
Budaya Baduy
Yang paling unik budaya lokal Suku Baduy, dan hal itu patut kita contoh, yaltu sikap kebersamaan mereka.
Mereka saling kasih mengasihi, saling mencintai dan saling bergotong royong dan bekerjasama dengan baik antar sesama.
Lain dari itu, mereka sangat patuh kepada Puun, kepada pimpinan adat dan teguh memegang adat tersebut.
Dalam sejarah Suku Baduy, tidak ada pertengkaran antara mereka.
Mereka benar-benar menegakkan asas musyawarah mufakat, saking bertimbang rasa dan saling memahami antara satu dengan yang lainnya.
Mereka kita katakan primitif, tapi tata kelola hidup dan kehidupan mereka sebenarnya sangat modern.
Sebaliknya, orang yang kita katakan modern, justru berprilaku primitif.(ejp)
Melansir dari berbagai sumber