LEBAK, INTTI.ID – Para nelayan di Kecamatan Wanasalam dan Binuangeun, Kabupaten Lebak, sejak sepekan lalu tidak bisa melaut. Mereka kini memilih menghentikan aktivitas mencari ikan lantaran cuaca buruk yang melanda wilayah pesisir selatan Banten
Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, cuaca ekstrem di perairan selatan Banten diprediksi terjadi hingga 16 November 2025. Cuaca ekstrem menyebabkan gelombang setinggi 3–5 meter.
Kondisi ini disertai hembusan angin kencang yang mempersulit para nelayan untuk melayarkan kapal-kapalnya ke laut. Situasi itu membuat sekitar 800 nelayan yang biasa beraktivitas di Pelabuhan Binuangeun, Desa Muara, terpaksa menambatkan perahunya.
BACA JUGA: 4 SPPG MBG di Cilegon Hentikan Operasi
Kondisi laut yang sedang tidak bersahabat juga membuat para nelayan memilih bergantung pada tabungan untuk memneuhi kebutuhan sehari-hari. Karena pemasukan harian terhenti.
Petugas BPBD Kecamatan Wanasalam, Nurman mengatakan, para nelayan tidak mempunyai pilihan selain menunggu kondisi kembali normal. Ia mengungkapkan, gelombang tinggi kali ini tidak memungkinkan perahu nelayan bertahan di tengah laut.
“Gelombangnya besar sekali. Kalau dipaksakan berangkat, perahu bisa terbalik. Nelayan sudah terbiasa dengan kondisi laut, tapi sekarang terlalu berbahaya,” kata Nurman kepada wartawan, Jumat (14/11/2025).
Menurutnya, keputusan berhenti melaut cukup berat karena kebutuhan operasional tetap berjalan. Setiap kapal memerlukan pasokan BBM harian, sementara pemasukan mereka hilang sepenuhnya selama cuaca ekstrem berlangsung.
“Relatif tergantung jenis kapalnya. Biasanya kebutuhan BBM sekitar lima ratus ribu per hari, jadi selama menunggu cuaca membaik ya tetap ada biaya yang harus dikeluarkan,” ujarnya.
BACA JUGA: Mensos Peringati Hari Pahlawan di Monumen Palagan Lengkong
Akumulasi kerugian nelayan pun diperkirakan sudah mencapai ratusan juta rupiah hanya dalam beberapa hari. Seluruh perahu nelayan kini bersandar di dermaga sambil menunggu cuaca kembali bersahabat.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak, Febby Rizki Pratama meminta nelayan tidak mengambil risiko di tengah kondisi alam yang tidak stabil.
“Kami mengerti kondisi ekonomi masyarakat, tetapi keselamatan harus di atas segalanya. Gelombang tinggi dan angin kencang sangat berbahaya bagi kapal tradisional,” tegas Febby.
Hingga kini, BPBD terus memantau perkembangan cuaca dan mengimbau nelayan mengikuti peringatan yang dikeluarkan BMKG sebelum kembali melaut.(Ald)
Sumber: banpos.co














