Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Wisata

Sanghyang Sirah Destinasi Wisata di Ujung Kulon Banten, Konon Tempat Berkumpulnya Para Wali

Avatar photo
39
×

Sanghyang Sirah Destinasi Wisata di Ujung Kulon Banten, Konon Tempat Berkumpulnya Para Wali

Sebarkan artikel ini
destinasi wisata, sanghyang sirah Ujung Kulon, Pandeglang, Banten
Sanghyang Sirah Ujung Kulon, Pandeglang, Banten yang menjadi destinasi wisata di ujung Pulau Jawa/Foto: Istimewa.

Banten, Intti.id — Sanghyang Sirah adalah destinasi wisata religi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), dan secara administratif masuk ke Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten.

Dari cerita warga setempat di pesisir Ujung Kulon, nama Sanghyang Sirah dimaknai dengan ‘Sirah Jawa’ dalam bahasa Sunda yang artinya kepalanya Pulau Jawa.

Advertising
banner 425 x 400
Baca Artikel Scroll ke Bawah

Penamaan ini lantaran lokasi destinasi wisata religi di Pandeglang, Banten itu terletak di ujung paling barat Pulau Jawa.

Berkunjung ke Ujung Kulon belum lengkap jika tak menginjakan kaki di Shangyang Sirah.

Wisatawan akan disambut debur ombak dengan hamparan pasir serta pemandangan yang eksotik seperti hamparan karang di sepanjang pesisir, tebing-tebing yang menjulang tinggi dan sepanjang mata memandang yang tampak lautan biru bertiang karang.

Namun akses menuju ke Shangyang Sirah Ujung Kulon terbilang tidak lah mudah.

Opsi pertama bisa menempuh dengan berjalan kaki selama dua hari dari Desa Taman Jaya, Pandeglang, Banten, atau pilihan kedua menggunakan perahu dengan waktu tempuh berjam-jam.

Legenda Sanghyang Sirah

Shangyang Sirah menyimpan cerita legenda, menurut warga di sekitar pesisir Ujung Kulon mereka mendapatkan cerita turun temurun.

Bahwa lokasi tersebut tempat sahabat sekaligus menantu Rasulullah SAW yaitu Khalifah Ali Bin Abi Thalib bertemu dengan Prabu Munding Wangi dan Prabu Kian Santang. Untuk menyerahkan Al-Qur’an sebagai pedoman menyebarkan Agama Islam di Nusantara.

Cerita ini kemudian menjadi awal mula munculnya kisah tentang Batu Qur’an di Gua Shangyang Sirah tersebut.

Dari kisah legenda tersebut, petilasan Sanghyang Sirah ini kemudian menjadi tujuan wisata religi yang ramai warga berkunjung dari berbagai daerah di Nusantara.

Beberapa Pantangan

Sama halnya seperti petilasan atau tempat yang menjadi keramat pada umumnya. Di Sanghyang Sirah juga terdapat beberapa pantangan yang harus dipatuhi dan para peziarah tidak boleh melanggar.

Larangan itu antara lain, pengunjung tidak boleh menjelajah sendiri tanpa ada izin dari kuncen (juru kunci).

Kumudian tidak boleh makan sambil berdiri atau sambil berjalan (mengharuskan makan dan minum dalam keadaan duduk). Tidak boleh buang air besar maupun buang air kecil di sembarangan tempat.

Dan tidak berbicara kasar, tidak bercanda berlebihan. Dan peziarah pun harus terus menerus bersalawat serta membaca doa agar terhindar dari gangguan makhluk gaib.(ejp)

Melansir dari berbagai sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *