TANGERANG, INTTI.ID – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan pelajar Kota Tangerang. Kali ini, Annisa Fitriandanu, siswi kelas 11 SMKN 3 Kota Tangerang berhasil meraih juara dua tingkat nasional dalam ajang Pelopor Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun 2025 kategori Teknologi.
Inovasi yang mengantarkannya ke panggung juara adalah perangkat berbasis teknologi bernama Stress Detector Box. Penghargaan diberikan langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI pada Acara Pemberian Penghargaan Keselamatan Transportasi Darat, di Ruang Nanggala, Gedung Cipta Lantai 7, Kementerian Perhubungan.
Dara kelahiran Jakarta 24 Desember 2008 ini menjelaskan, pada ajang ini dirinya mengembangkan alat Stress Detector Box. Yaitu, ini sebagai bentuk kepeduliannya terhadap tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia.
Menurutnya, salah satu faktor penting yang sering terabaikan adalah kondisi psikologis pengendara saat berkendara.
“Saya melihat bahwa pemanfaatan teknologi dapat menjadi solusi untuk mencegah kecelakaan. Maka dari itu, saya mencoba merancang alat yang bisa membantu pengendara memahami kondisi psikologisnya,” ungkap Annisa.
Stress Detector Box yang dikembangkan memanfaatkan tiga jenis sensor. Yaitu, sensor kebisingan, sensor suhu dan sensor polusi udara. Data yang ditangkap oleh ketiga sensor ini kemudian diolah dan ditampilkan melalui sebuah software yang memberikan parameter kondisi psikologis pengendara.
“Yaitu, seperti tingkat stres atau risiko ketidakstabilan emosi selama berkendara. Inovasi ini diharapkan dapat digunakan untuk mendeteksi potensi bahaya dari sisi non-teknis sebelum pengemudi memulai perjalanan,” jelas Annisa.
BACA JUGA: Polresta Tangerang Perbaharui Larangan Pelajar Bawa Motor ke Sekolah
“Saya senang sekali bisa membawa pulang prestasi ini, apalagi setelah enam bulan melakukan pengembangan dan riset mandiri. Walaupun masih dalam tahap pengembangan, saya yakin inovasi ini bisa memberi manfaat nyata jika terus disempurnakan,” tambahnya.
Annisa mengaku, tantangan terbesar dalam proses ini adalah keterbatasan waktu, terutama dalam hal pengujian dan pengembangan perangkat. Namun, ia bertekad untuk terus menyempurnakan inovasinya agar bisa diterapkan secara lebih luas di masa depan.
“Semoga ke depan para pengendara bisa lebih sadar akan pentingnya kondisi psikologis sebelum berkendara. Karena keselamatan bukan hanya soal rambu atau kecepatan, tapi juga soal kesiapan mental,” kata Annisa. (*)